KUBU RAYA – Seorang siswa madrasah di Kabupaten Kubu Raya dilaporkan mengalami perlakuan tidak menyenangkan setelah orang tuanya tidak dapat membayar buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Akibatnya, rapor siswa tersebut disebut-sebut ditahan pihak sekolah, dan yang lebih memprihatinkan, siswa itu direkam dalam kondisi menangis di hadapan teman-teman sekelasnya.
Penikasih, orang tua siswa tersebut, mengungkapkan bahwa ia tidak mengambil rapor anaknya karena tidak mampu membayar biaya LKS sebesar Rp350 ribu yang menjadi syarat pengambilan.
“Waktu pembagian rapor, kami diberi tahu bahwa rapor bisa diambil jika sudah melunasi pembayaran LKS. Saat itu, kami memang sedang kesulitan ekonomi, jadi saya memilih untuk tidak datang karena khawatir akan dipermalukan,” ujar Penikasih, Selasa (22/7/2025).
Namun, situasi makin memanas ketika sebuah video tersebar, memperlihatkan sang anak menangis di dalam kelas. Video tersebut diduga direkam oleh salah satu guru.
“Jumat itu, saya dikirimi pesan oleh guru yang mengatakan anak saya akan diturunkan kelas karena rapornya tidak diambil. Lalu muncul video anak saya menangis. Tentu saja saya sangat marah,” tambahnya.
Menurut Penikasih, suaminya langsung diminta datang ke sekolah untuk menjemput anak mereka. Ia juga mengirim pesan singkat kepada guru yang bersangkutan, yang kemudian menimbulkan ketegangan lebih lanjut.
“Saya memang bikin status WA, tapi hanya untuk dilihat oleh gurunya. Isinya: ‘Cuma gara-gara belum ambil LKS anak diturunkan kelas, gokil.’ Ternyata guru itu langsung membalas dengan emosi, bahkan mengakui bahwa video itu sengaja direkam agar saya datang ke sekolah,” kata Penikasih.
Tak terima dengan perlakuan terhadap anaknya, Penikasih akhirnya memutuskan untuk memindahkan anaknya dari sekolah tersebut.
Di sisi lain, Yanti, wali kelas dari siswa tersebut, membantah tudingan adanya penahanan rapor dan menyatakan informasi yang beredar tidak benar.
“Tidak benar,” ujar Yanti singkat saat dihubungi pada hari yang sama. Ia menolak memberikan penjelasan lebih lanjut karena sedang mengikuti kegiatan sekolah, dan meminta agar pihak terkait datang langsung ke sekolah pada keesokan harinya.