PONTIANAK – Duka mendalam menyelimuti keluarga dan civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak atas meninggalnya seorang mahasiswa, Rio Fanderi, pada Kamis, 17 Juli 2025, pukul 14.25 WIB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura (Untan). Rio menghembuskan napas terakhir setelah lima hari menjalani perawatan intensif akibat cedera berat di bagian kepala.
Insiden yang menimpa Rio diduga terjadi pada Sabtu dini hari, 12 Juli 2025, di lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampus IAIN Pontianak.
Ketua Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) IAIN Pontianak, Qomaruzzaman, mengungkapkan bahwa Rio ditemukan dalam kondisi mimisan oleh rekannya yang saat itu mendengar suara keras dari dalam ruangan.
“Sekira jam 11 malam dia tidur, kemudian jam 1 malam terdengar suara seperti benda jatuh. Temannya yang berada di luar masuk dan melihat Rio sudah mimisan,” kata Qomaruzzaman dalam keterangannya, Selasa (22/7/2025).
Setelah ditemukan, Rio sempat dibawa ke klinik terdekat sebelum akhirnya dirujuk ke RS Untan dan langsung menjalani operasi. Meski sempat dirawat intensif di ruang ICU, nyawanya tidak tertolong. Pihak medis menyebut cedera yang dialami Rio merupakan salah satu kasus trauma kepala terparah yang pernah mereka tangani.
Kematian Rio memunculkan tanda tanya besar bagi keluarga. Mereka menduga ada kejanggalan dalam insiden yang disebut-sebut hanya karena jatuh. Dugaan tersebut dikuatkan dengan hasil awal pemeriksaan medis dan otopsi yang menunjukkan tulang tengkorak korban pecah, bahkan terdapat bekas luka seperti sabetan di kepala.
“Dibilang meninggal karena jatuh di kampus IAIN, tapi banyak kejadian janggal. Katanya kepalanya terbentur, tapi kenyataannya sampai tengkorak pecah dan ada bekas sabetan,” ujar pihak keluarga melalui pesan WhatsApp kepada media, Senin malam (21/7).
Otopsi telah dilakukan di RS Bhayangkara atas permintaan keluarga, sementara pihak PKBH IAIN Pontianak memastikan telah mendampingi proses hukum sejak awal.
Sekretaris PKBH, Vinna Lusiana, membenarkan bahwa polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), memeriksa sejumlah saksi, menyita rekaman CCTV, dan mengamankan ponsel milik almarhum.
Namun, hingga saat ini belum ada saksi yang melihat langsung saat kejadian terjadi.
“Orang tua merasa ada yang janggal dari keterangan rumah sakit. Apalagi saat kejadian, Rio diketahui sedang sendirian di ruangan,” jelas Vinna.
Pihak PKBH juga menyatakan bahwa saat ini mereka menunggu hasil lengkap dari otopsi dan analisis digital forensik dari ponsel korban. Vinna menyebut ada sejumlah data serta percakapan yang hilang dari perangkat tersebut, dan itu kini menjadi bagian dari penyelidikan kepolisian.
Pihak kampus, lanjut Vinna, telah membantu keluarga sejak awal, termasuk dalam proses pengurusan surat kuasa pendampingan hukum.
Sementara itu, keluarga Rio berharap kasus ini segera menemukan titik terang dan meminta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas penyebab kematian putra mereka. (Ara)