Mahasiswa Sesalkan Tindakan Represif Polisi saat Demo

PONTIANAK – Aksi demonstrasi mahasiswa di depan Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat, Rabu (27/8/2025), berujung ricuh. Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak, Syariful Hidayatullah, mengaku menjadi korban pemukulan aparat saat menyuarakan sejumlah tuntutan, termasuk penolakan tunjangan DPR RI yang dinilai terlalu tinggi serta penindakan tegas terhadap pertambangan emas tanpa izin (PETI).

Syariful menjelaskan, aksi tersebut berawal dari konsolidasi mahasiswa bersama elemen masyarakat. Mereka merumuskan beberapa tuntutan: menghentikan tindakan represif aparat, menaikkan gaji guru dan dosen yang masih rendah, memotong tunjangan DPR RI yang dianggap berlebihan, serta memberantas praktik PETI di Kalimantan Barat.

Kericuhan terjadi setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah massa.

“Saya mundur saat tembakan pertama, namun kembali ke depan untuk mengambil pasta gigi di tas teman. Saat itulah saya ditarik, diseret ke halaman gedung DPRD, lalu dipukul dan ditendang oleh sekitar empat sampai lima orang aparat,” ujarnya.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan memar di paha, dada kiri, leher, bawah mata kiri, serta luka koyak di kepala.

“Saya juga kesulitan menelan akibat pemukulan tersebut. Tindakan aparat sangat agresif dan tidak sesuai dengan tugasnya yang seharusnya mengayomi,” tambahnya.

Aksi ini juga diwarnai kekecewaan karena Ketua DPRD Kalbar tidak hadir untuk mendengar aspirasi mahasiswa secara langsung.

“Harapan kami, ke depan setiap demonstrasi ditanggapi secara persuasif, bukan dengan kekerasan,” tegas Syariful.

Isu PETI yang menjadi salah satu sorotan dalam aksi tersebut dinilai telah merusak lingkungan dan mengancam ekonomi masyarakat lokal. Mahasiswa mendesak pemerintah daerah dan aparat penegak hukum untuk segera menindak pelaku PETI secara tegas.

Berita yang anda simpan: