JAKARTA – Pemerintah Iran mengecam keras serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir di wilayahnya. Menanggapi eskalasi tersebut, Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jalur strategis yang menjadi titik lalu lintas sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas dunia.
Langkah penutupan Selat Hormuz telah disetujui oleh parlemen Iran dan kini menunggu keputusan akhir dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Selat ini selama bertahun-tahun menjadi kartu tekanan utama Iran terhadap negara-negara Barat, terutama ketika ketegangan geopolitik meningkat tajam seperti saat ini.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam pernyataan singkat menolak memberikan kepastian soal rencana penutupan selat, namun memperingatkan bahwa “berbagai opsi tersedia bagi Iran.”
“Keamanan kawasan tidak bisa dijaga jika Iran menjadi sasaran agresi. Tindakan balasan tidak akan bisa dihindari,” kata Araghchi, dikutip dari sumber detik, Senin (23/06/2025).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengungkapkan bahwa serangan militer AS terhadap Iran melibatkan 14 bom penghancur bunker, lebih dari 24 rudal Tomahawk, dan sekitar 125 pesawat tempur. Washington menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menghentikan program nuklir Iran yang dinilai mengancam keamanan kawasan.
Rubio juga memperingatkan bahwa jika Iran menutup Selat Hormuz, maka langkah itu akan menjadi “kesalahan terbesar” dan bisa menghancurkan perekonomian Iran sendiri. Ia menilai bahwa aksi tersebut akan memicu respons keras dari Amerika Serikat dan negara-negara lain yang sangat bergantung pada pasokan energi dari kawasan tersebut.
“Penutupan Selat Hormuz adalah tindakan bunuh diri ekonomi. Dampaknya tidak hanya terbatas pada Iran, tetapi akan mengguncang stabilitas ekonomi global,” tegas Rubio dalam konferensi pers di Washington.
Amerika Serikat juga telah mendesak China untuk ikut campur tangan secara diplomatik dalam meredakan ketegangan. Hingga saat ini, Beijing belum mengeluarkan pernyataan resmi, meskipun diketahui memiliki hubungan erat dengan Teheran, termasuk dalam sektor energi.
Ketegangan yang meningkat ini menempatkan kawasan Timur Tengah dan pasar global dalam situasi genting. Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, dunia akan menghadapi lonjakan harga minyak yang signifikan serta potensi konflik berskala luas.