KETAPANG – Seorang anak perempuan berusia 2 tahun, Qanisha Riskya Almahyra, saat ini berada dalam kondisi kritis setelah menjadi korban tabrakan di Desa Riam Bunut, Kecamatan Sungai Laur, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Insiden ini terjadi pada Rabu, 2 Juli 2025, sekitar pukul 15.00 WIB, di sebuah area perkampungan yang biasa menjadi tempat bermain anak-anak.
Qanisha ditabrak oleh sepeda motor jenis Vixion. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengendara sepeda motor tersebut adalah anak di bawah umur yang juga berstatus yatim dan memiliki keterbatasan ekonomi, kondisi serupa dengan latar belakang keluarga korban.
Detail Kondisi Korban dan Perjalanan ke Rumah Sakit. Menurut keterangan Ali Syafarudin, ayah korban yang akrab disapa I’in, proses evakuasi berlangsung cukup sulit.
“Saat tabrakan, Qanisha ditabrak dan kepalanya masuk di antara celah spakbor motor dan tatakan plat motor, sehingga harus ditarik keluar,” ungkap I’in.
Selain itu, bagian pinggang dan kaki Qanisha juga tertimpa motor berukuran besar tersebut.
“Di perjalanan ke Pontianak dari Ketapang, si anak sempat tak sadarkan diri karena darah banyak keluar,” tambah I’in, menggambarkan beratnya kondisi Qanisha pasca-kecelakaan.
Menurut keterangan sementara dari dokter spesialis saraf, Qanisha mengalami luka cukup dalam di bagian kepala.
“Luka di kepala cukup dalam tapi tidak kena organ,” ungkap dokter tersebut.
Namun, fokus penanganan medis mendesak kini diarahkan pada kondisi kaki korban.
Qanisha menderita patah tulang pada bagian paha, yang menurut dokter spesialis saraf, “perlu penanganan operasi bagian kaki karena patah, menunggu dari dokter orto (ortopedi).”
Luka lainnya yang terlihat di area dahi dan mata juga memerlukan jahitan, memanjang hingga ke belakang kepala.
Qanisha sempat belum mendapatkan penanganan medis yang memadai hingga siang hari setelah kejadian. Ia kemudian dirujuk ke RS Umum Medika Djaya Parit H. Husin 1 di Pontianak untuk perawatan intensif dan persiapan tindakan bedah yang diperlukan.
Respons Pihak Desa dan Keluarga Pelaku
Ali Syafarudin juga menyampaikan bahwa pihak keluarga korban telah melaporkan kejadian ini kepada pihak desa.
Namun, alih-alih mendapatkan bantuan, mereka justru merasa disalahkan karena dianggap lalai, mengingat lokasi kejadian adalah perkampungan yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain bebas, bukan jalan raya.
Bahkan, mirisnya, pihak keluarga pelaku maupun perwakilan dari desa tidak ada yang ikut serta atau membersamai keluarga korban ke rumah sakit rujukan di Pontianak.
Latar belakang ekonomi keluarga korban yang tidak mampu menjadi kendala signifikan dalam membiayai pengobatan Qanisha. Situasi ini diperumit oleh fakta bahwa pihak penabrak juga memiliki keterbatasan serupa, sehingga belum dapat memberikan dukungan tanggung jawab secara penuh.
Mengingat kondisi medis Qanisha yang sangat mendesak dan keterbatasan finansial yang dihadapi keluarga, diperlukan perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Keluarga korban sangat mengharapkan atensi dari Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Ketapang, serta uluran tangan dari masyarakat luas untuk membantu memfasilitasi penanganan medis yang dibutuhkan.