PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, sepakat menjalin kolaborasi lintas provinsi di berbagai sektor strategis, mulai dari perdagangan, pengolahan komoditas, hingga kerja sama budaya dan sosial.
Dalam hal ini, Gubernur Ria Norsan menekankan pentingnya sinergi antara Kalimantan Barat dan Jawa Timur, terutama di sektor perdagangan. Ia mencontohkan potensi pertukaran komoditas antarwilayah, seperti pengiriman beras dari Jawa Timur ke Kalimantan Barat yang kerap mengalami kekurangan, serta suplai crude palm oil (CPO) dari Kalbar ke Jatim untuk diolah menjadi minyak goreng.
“Kalau kita kekurangan beras, bisa datangkan dari Jawa Timur. Sebaliknya, CPO kita bisa dikirim ke sana untuk diolah karena mereka punya industri seperti Wilmar,” jelas Norsan, Sabtu (12/7/2025).
Ia juga menyoroti luas wilayah Kalimantan Barat yang mencapai 147 ribu kilometer persegi 1,5 kali lipat luas Pulau Jawa namun dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 5,7 juta jiwa. Ini menjadi potensi besar untuk pengembangan wilayah, terutama karena Kalbar juga memiliki keberagaman etnis yang terkelola harmonis melalui forum seperti Paguyuban Merah Putih.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menyambut baik rencana kolaborasi ini. Ia menyebut kerja sama ini sebagai bentuk simbiosis mutualisme, saling menguntungkan antara dua wilayah yang memiliki keunggulan masing-masing.
“Kita melihat Kalbar sangat strategis, menjadi jalur lanjutan Selat Malaka menuju Samudera Pasifik. Pemerintah pusat juga memberi perhatian khusus, khususnya dalam hilirisasi bauksit menjadi alumina,” ungkap Emil.
Emil menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan visi pembangunan Indonesia sentris, bukan lagi Jawa sentris. Menurutnya, produk bernilai tambah dari Kalbar seperti alumina dapat diolah lebih lanjut di Jawa Timur menjadi produk turunan bernilai ekonomi tinggi.
Selain kerja sama ekonomi, Emil juga mendorong adanya kerja sama di bidang budaya dan sosial. Salah satu yang dibahas adalah pembangunan rumah singgah bagi pekerja migran asal Jawa Timur yang melintasi Kalimantan Barat saat kembali dari Malaysia.
“Pontianak–Surabaya cuma satu jam penerbangan. Jadi sangat memungkinkan untuk memperkuat kolaborasi budaya dan sosial antarwilayah,” tambah Emil.
Kedua belah pihak sepakat bahwa ini bukanlah kerja sama jangka pendek, melainkan awal dari hubungan antarprovinsi yang lebih erat dan berkelanjutan.
Potensi pertukaran komoditas hasil hutan, perkebunan, dan sumber daya alam lainnya menjadi landasan kuat untuk pembangunan ekonomi yang saling menguatkan.