PONTIANAK – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat menegaskan pentingnya peran media dalam mengawal dan menyuarakan persoalan-persoalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat khususnya wilayah Kalimantan Barat.
Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar, Nuryamin, menyampaikan bahwa media memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran publik terhadap berbagai tantangan sosial yang semakin dinamis di Kalimantan Barat.
“Kami sengaja mengundang teman-teman media dalam rangka mengawal program-program sosial yang ada di Kementerian Bangga. Tantangan sosial di Kalbar ini begitu dinamis, dan kita melihat munculnya persoalan-persoalan baru terkait kebutuhan dasar masyarakat,” ujar Nuryamin saat diwawancarai di Kantor BKKBN Jalan Adisucipto, Senin (21/9/2025).
Salah satu program yang saat ini digencarkan BKKBN Kalbar adalah Gerakan Orang Tua Asuh Stunting (Genting), yang menjadi wadah partisipasi publik dalam membantu keluarga-keluarga kurang mampu. Melalui aplikasi khusus, masyarakat dapat melihat dan memberikan dukungan langsung, baik dalam bentuk materi maupun aksi sosial.
“Masalah sosial di sini bukan hanya stunting, tetapi juga menyangkut kondisi rumah yang tidak layak huni, ketersediaan jamban, sanitasi, dan air bersih. Ini menjadi PR besar yang harus ditangani secara gotong royong. Di sinilah kami berharap media dapat berperan aktif, tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai motor edukasi dan kontrol sosial,” tegasnya.
Nuryamin juga mengungkapkan bahwa saat ini, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar masih tergolong rendah, sehingga dibutuhkan kerja kolaboratif semua pihak. Ia menilai bahwa media memiliki peran penting dalam mengubah perilaku masyarakat agar lebih sehat dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.
“Perubahan perilaku itu butuh waktu dan kesabaran. Ini berbeda dengan membangun jalan yang hasilnya langsung terlihat. Misalnya, kebiasaan masyarakat yang masih mengonsumsi air parit perlu digeser ke pola hidup yang lebih sehat. Ini tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Harus ada dorongan bersama dari masyarakat, termasuk media,” katanya.
Terkait efektivitas program Genting, Nuryamin menyebutkan bahwa hingga saat ini sudah lebih dari 12 ribu anak mendapatkan pendampingan, meskipun sebagian besar masih berfokus pada edukasi. Ia berharap, ke depan gerakan ini juga mampu menyentuh aspek fisik seperti bantuan nutrisi, sanitasi, dan perbaikan rumah tidak layak huni.
Program Genting juga bersinergi dengan Makan Bergizi Gratis (MBG), yang tidak hanya menyasar anak sekolah, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui, serta anak balita dan baduta. BKKBN mendorong agar dapur-dapur program SPPG di semua wilayah Kalbar aktif dalam menyasar tiga kelompok rentan ini.
“Kami minta dukungan penuh dari media untuk mengawal program MBG ini. Tujuannya adalah memastikan generasi penerus Kalbar bisa tumbuh sehat dan kuat sejak dari kandungan hingga usia balita,” tutup Nuryamin.