KETAPANG – Sebanyak 16 siswa dari salah satu sekolah di Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dilaporkan mengalami gejala yang diduga mengarah pada keracunan makanan, setelah menerima konsumsi dari program makan bergizi gratis (MBG) yang dikelola oleh Yayasan Adinda Karunia Ilahi.
Menanggapi kejadian tersebut, pihak yayasan menegaskan bahwa mereka telah melakukan penanganan secara cepat dan tengah menunggu hasil uji laboratorium dari otoritas kesehatan untuk memastikan penyebab pastinya.
“Insiden ini kami anggap serius. Kami langsung melakukan evaluasi awal dan akan menindaklanjuti berdasarkan hasil resmi dari dinas kesehatan,” ujar Hefni Maulana, Pengelola Yayasan Adinda Karunia Ilahi, Rabu (24/09/2025).
Hefni menyampaikan bahwa dari total 3.474 siswa penerima manfaat program MBG di 24 sekolah, hanya 16 siswa dari satu sekolah yang mengalami gejala. Ia menilai penting untuk tidak terburu-buru menyimpulkan penyebab kejadian sebelum ada hasil laboratorium.
“Kalau memang karena makanan, tentu seharusnya siswa dari sekolah lain yang menerima makanan dari dapur yang sama juga terdampak. Tapi faktanya, hanya satu sekolah. Jadi ada kemungkinan faktor lain seperti kondisi kesehatan individu atau alergi,” jelasnya.
Pihak yayasan mengklaim penanganan terhadap siswa dilakukan secara cepat oleh tenaga medis sekolah bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat.
“Alhamdulillah, siswa yang terdampak sudah mendapatkan penanganan. Kami bersyukur kondisinya tidak memburuk,” tambah Hefni.
Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi dan menunggu hasil investigasi dari pihak berwenang.
“Jangan langsung menyimpulkan tanpa data. Kita tunggu hasil pemeriksaan makanan oleh Dinas Kesehatan. Kami siap bekerja sama penuh,” tegasnya.
Meski insiden ini memunculkan kekhawatiran, Yayasan Adinda Karunia Ilahi menyatakan bahwa program MBG tetap berjalan dengan prosedur yang diperketat. Evaluasi dapur, rantai distribusi, hingga kebersihan alat dan bahan baku sedang dilakukan secara menyeluruh.
“Kami tidak menutup mata. Kami akan jadikan ini sebagai pelajaran untuk meningkatkan kualitas layanan kami ke depan,” ujar Hefni.
Yayasan juga berharap masyarakat tidak langsung kehilangan kepercayaan terhadap program MBG yang selama ini telah menjangkau ribuan siswa.
“Setiap hari, ribuan siswa menerima manfaat dari program ini. Satu kejadian tidak seharusnya menghapus seluruh kebaikan yang sudah dirasakan,” katanya.
Ia menutup dengan memastikan bahwa keselamatan dan kesehatan siswa tetap menjadi prioritas utama yayasan.