PONTIANAK – Kota Pontianak kembali menunjukkan wajah kerukunan dan toleransi dalam peringatan Haul seorang ulama besar yang telah wafat 114 tahun silam. Dalam acara yang dihadiri ribuan jamaah lintas agama dan etnis di Pasar Flamboyan, Ustaz Abdul Somad (UAS) memuji Pontianak sebagai kota yang damai, terbuka, dan penuh dengan semangat persatuan.

“114 tahun sudah beliau wafat, tapi malam ini kita semua masih berkumpul karena cinta kepada Allah dan wali-Nya. Itu tanda beliau adalah kekasih Allah,” ungkap UAS, Senin (06/10/2025).

Dalam tausiyahnya, UAS menyoroti kekuatan persatuan yang dimiliki masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat yang terdiri dari beragam suku dan agama.

“Di sini ada Melayu, Dayak, Bugis, Tionghoa, semua kumpul malam ini. Bukan hanya muslim, semua umat manusia berkumpul,” ucapnya.

UAS menegaskan bahwa Pontianak adalah kota yang tidak mudah dipecah belah oleh fitnah atau isu di internet. Ia juga mengapresiasi inisiatif sosial seperti Jum’at Curhat untuk umat Islam dan Minggu Kasih sebagai wadah kebersamaan masyarakat lintas agama.

“Pontianak membuktikan bahwa fitnah-fitnah internet tidak mempan masuk ke sini,” kata UAS disambut takbir para hadirin.

Dalam momentum haul ini, UAS menyampaikan lima pelajaran penting serta ia menjelaskan orang kaya atau pejabat belum tentu bisa mengumpulkan massa. Tapi karena Allah, manusia bisa berkumpul mengenang orang yang telah tiada.

“Orang yang sudah wafat 114 tahun lalu masih bisa menggerakkan hati yang hidup. Itu bukti cintanya kepada Allah dan umatnya.” ungkapnya.

UAS menyinggung bahwa sosok yang dikenang malam itu tidak memiliki akun medsos, tidak dikenal media, namun namanya tetap harum dan dikenang banyak orang. Ia mendoakan seluruh yang hadir agar diberikan kesembuhan, pelunasan utang, dan dipertemukan dengan jodoh bagi yang belum menikah.

Acara haul itu bukan hanya momen keagamaan, tapi juga simbol kekuatan sosial, cinta damai, dan kesatuan umat.

“Kami di Pontianak tidak bisa dipecah belah, tidak bisa diadu domba,” seru UAS lantang.

Di akhir ceramahnya, UAS menutup dengan shalawat dan harapan agar semua yang hadir diberi keberkahan.

“Jangan nilai orang hanya ketika dia hidup. Bisa jadi akhir hidupnya yang menentukan. Ya Allah, matikan kami dalam husnul khatimah.” tutupnya.(Ara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *