JAKARTA – Direktur Kependudukan dan Jaminan Sosial Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Muhammad Cholifihani mengatakan Tabel Kehidupan (Life Table) Indonesia dimanfaatkan untuk menjadikan bonus demografi bertransformasi menjadi dividen kesejahteraan menuju Indonesia Emas 2045.

“Bonus demografi tidak boleh berlalu begitu saja. Dengan Tabel Kehidupan, bonus itu kita bisa transformasikan menjadi dividen kesejahteraan,” ujar Direktur Cholifihani, Senin (6/10/2025).

Saat ini, Indonesia disebut masih menikmati fase bonus demografi dengan dominasi penduduk usia produktif, dan segera memasuki era penduduk menua (ageing population). Namun, data juga menunjukkan bahwa kenaikan penduduk usia produktif akan diiringi dengan peningkatan penduduk usia tua.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020-2045 yang diolah Bappenas, proporsi penduduk Indonesia usia 9-14 tahun dari total seluruh penduduk per tahun 2025 sekitar 24,46 persen, 15-64 tahun sebesar 64,61 persen, dan 65 tahun ke atas 11,93 persen.

Adapun proyeksi pada tahun 2045 diperkirakan sebesar 19,61 persen untuk usia 9-14 tahun, 60,22 persen usia 15-64 tahun, dan 18,47 persen umur 65 tahun ke atas.

“Artinya, dalam beberapa dekade mendatang, proporsi penduduk lansia kita akan semakin besar. Konsekuensinya pasti jelas. Pertama adalah beban pembiayaan kesehatan dan pensiun pasti akan besar, akan meningkat. Kedua, kita perlu memastikan produktivitas tersebut yang usianya 15-64 tahun itu sehat. Bukan hanya saat muda, tapi juga ketika usianya bertambah,” jelas Direktur Cholifihani.

Dengan adanya Tabel Kehidupan, lanjutnya, maka dapat dibaca peta masa depan Indonesia melalui angka yang bercerita tentang harapan hidup, kualitas kesehatan, dan tantangan lintas generasi. Dalam bahasa lain, Tabel Kehidupan menjadi kompas atau panduan guna menargetkan kebijakan secara tepat, bukan hanya sekedar statistik belaka.

“Kebijakan publik harus bertumpu pada data kependudukan yang akurat dan presisi guna mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,” ujar Direktur Cholifihani.

Melalui Tabel Kehidupan Indonesia yang berfungsi sebagai kompas kebijakan, maka bisa dipetakan pola mortalitas dan usia harapan hidup, sehingga intervensi kesehatan, pendidikan, maupun perlindungan sosial tepat sasaran.

Selain itu, tabel tersebut menyediakan pula data-data untuk membantu penyusunan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) nan efektif dan efisien, lalu memiliki basis ilmiah kuat yang disusun berdasarkan Sensus Penduduk 2020 dengan metode statistik mutakhir, sehingga lebih relevan kondisi Indonesia dibandingkan model global. Kemudian juga memberikan makna bagi generasi muda, mengingat arah kebijakan yang lebih tepat sasaran akan mendukung Indonesia menjadi tempat tumbuh yang berkualitas.

Direktur Cholifihani mengatakan pembuatan Tabel Kehidupan Indonesia melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari BPS, United Nations Population Fund (UNFPA), kementerian/lembaga, akademisi, hingga pemerintah daerah.

Selama ini, lanjutnya, proyeksi penduduk Indonesia masih menggunakan Tabel Kehidupan negara lain. Namun, diharapkan pemerintah dan pihak-pihak lain yang membantu dapat menyempurnakan Tabel Kehidupan Indonesia, dan bisa segera diluncurkan secara resmi.

Banyak negara yang disebut memiliki Tabel Kehidupan nasional untuk memantau mortalitas, usia harapan hidup, dan tren demografi, sekaligus menopang kebijakan kesehatan, pensiun, dan ekonomi. Beberapa di antaranya yaitu Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, serta Australia.

Mengacu tinjauan literatur, Tabel Kehidupan berfungsi untuk menyediakan data mortalitas yang rinci, memantau tren fertilitas dan dampak sosial-ekonomi, mengukur risiko kesehatan serta pembiayaan, dan memungkinkan evaluasi, perbandingan, dan perencanaan layanan yang tepat.

“Jadi pelajaran utamanya ialah ketika Indonesia kemudian juga punya Tabel Kehidupan nasional, maka standar global adalah kebijakan berbasis data. Indonesia tentunya sudah berada di path (jalur) yang benar,” ungkap Direktur Cholifihani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *