JAKARTA – Kemkomdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital), mengungkapkan bahwa pentingnya sinergi antara media sosial dan media mainstream. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media (Dirjen KPM), Fifi Aleyda Yahya.
Dirjen KPM, mengatakan kolaborasi tersebut menjadi kunci memperkuat ekosistem informasi yang kredibel. Terutama di tengah derasnya arus informasi digital yang berkembang sangat cepat saat ini.
Fifi Aleyda Yahya, menjelaskan kemajuan teknologi telah mengubah cara distribusi media dan konten di ruang digital. Kondisi ini menuntut kolaborasi agar publik mendapat informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Selanjutnya, ia menyebutkan ketepatan informasi, justru menjadi dasar menguatkan kepercayaan publik di tengah banjir data. “Kecepatan informasi di ruang digital tidak seharusnya mengorbankan akurasi,” jelasnya, dilansir dari laman RRI, Sabtu (25/10/25).
“Media sosial memberi kecepatan dan kedekatan, sedangkan media mainstream memberi kedalaman dan kredibilitas. Kalau dua kekuatan ini disatukan, kita bisa punya ekosistem informasi yang disukai sekaligus dipercaya,” ujarnya.
Menurut dia, arus informasi digital bukan hanya sekadar penyampaian pesan. Namun, harus tetap menjunjung tinggi nilai tanggung jawab dan etika dalam setiap pemberitaan.
Ia juga menyoroti tren konten clickbait di ruang digital. Menurutnya, strategi ini memang menarik perhatian, tetapi merusak kepercayaan publik terhadap media.
“Masalahnya sekarang bukan siapa yang paling cepat menyebar, tapi siapa yang paling bisa dipercaya. Karena kredibilitas jauh lebih penting daripada sekadar jumlah klik,” jelasnya.
Menurutnya, publik kini semakin cerdas dalam memilih sumber informasi. Mereka cenderung mencari media yang mampu menyajikan kebenaran dengan integritas tinggi.
Karena itu, ia mengajak pelaku media sosial dan media arus utama membangun kolaborasi strategis. Tujuannya agar informasi publik tersampaikan dengan cara yang cepat namun tetap bertanggung jawab.
Ia juga menilai, sinergi dua platform ini dapat memperkuat literasi digital masyarakat. Dengan begitu, publik akan lebih mudah membedakan informasi valid dari hoaks yang menyesatkan.
Diakhir kesempatan ia berharap kolaborasi ini menjadi langkah nyata menjaga kualitas ruang digital Indonesia. “Yang paling berharga di era banjir informasi bukan klik, tapi kredibilitas,” jelasnya.
