PONTIANAK – Suasana Langkau Etnika Art Space berubah menjadi ruang kolaborasi dan eksplorasi lintas seni dalam perhelatan Festival Lintas Seni Sastra, sebuah inisiatif yang dirancang sebagai wadah pertemuan antar pelaku seni dari berbagai disiplin. Acara ini menjadi bagian dari Program Penguatan Komunitas Sastra yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Festival ini mengusung semangat alih media sastra transformasi karya sastra menjadi bentuk seni lain seperti teater, musik, dan tari. Alih-alih sekadar adaptasi, proses ini menjadi reinterpretasi kreatif yang menghadirkan pengalaman baru dalam menikmati sastra melalui pendekatan sensorik dan artistik yang lebih segar.
Sebanyak 12 seniman dari Langkau Etnika berpartisipasi dalam pertunjukan yang menghidupkan puisi-puisi terpilih dalam bentuk dramatik, musikal, dan koreografis. Karya-karya yang ditampilkan merupakan hasil adaptasi dari puisi Joko Pinurbo, salah satu maestro puisi kontemporer Indonesia. Empat repertoar lintas disiplin ditampilkan, menyatukan kekuatan narasi, gerak, dan bunyi sebagai bentuk penghormatan sekaligus pembacaan ulang atas karya sastra.
Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi menyebarluaskan sastra melalui cara-cara yang inovatif dan relevan.
“Selama ini, diseminasi buku sastra belum maksimal. Komunitas sastra menjadi ujung tombak yang tidak hanya mendiskusikan karya, tapi juga mengalihwahanakannya ke dalam bentuk seni lain agar lebih mudah dinikmati publik,” ungkap Mahendra seperti dikutip dari press release, Senin (29/09/2025).
Sebagai bagian dari festival, diselenggarakan pula sesi Diskusi dan Lokakarya Sastra yang dihadiri oleh 40 perwakilan komunitas sastra dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Dua narasumber dihadirkan untuk memperkaya pemahaman peserta.
Ahmad Sofian membawakan materi “Trajektori Teks: Menyimak Kisah Munawar Kalahan dan Yusakh Ananda”, yang mengajak peserta menelusuri perjalanan waktu dalam narasi sastra dan menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
M. Davi Yunanda, memaparkan peran teks dalam membangun ruang imajinasi, dan bagaimana teks sastra dapat menjadi pemantik bagi lahirnya karya-karya baru di ranah seni pertunjukan. (Ara)