PONTIANAK – Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang menjual pernak-pernik bertema kemerdekaan mulai mengeluhkan turunnya pendapatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Adi (48), salah seorang PKL yang menjajakan dagangannya di kawasan pusat kota Pontianak, mengaku bahwa omset penjualannya tahun ini mengalami penurunan cukup drastis.
“Jujur, tahun ini agak merosot. Kalau tahun lalu, alhamdulillah masih ada pemasukan. Tapi sekarang ini benar-benar sepi,” ujar Adi saat ditemui awak media, Jumat (8/8/2025).
Adi menjual berbagai atribut kemerdekaan seperti bendera merah putih, umbul-umbul, background kemerdekaan, hingga bendera mobil. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp20 ribu untuk item kecil hingga Rp200 ribu per 4 meter untuk background dekoratif.
Menurutnya, penjualan atribut kemerdekaan bersifat musiman dan biasanya baru ramai menjelang pertengahan hingga akhir Agustus.
“Saya mulai jual dari tanggal 1 (Agustus). Kalau pertengahan Juli, orang masih belum terlalu ingat. Tapi mulai awal Agustus, biasanya udah mulai cari,” katanya.
Adi yang sudah berdagang atribut kemerdekaan sejak lima tahun lalu mengaku bahwa banyak konsumen membeli dalam jumlah kecil untuk keperluan rumah tangga atau acara lingkungan. Namun terkadang, pesanan besar juga datang dari instansi atau organisasi.
“Kemarin sempat ada dari Pornet, mereka beli borongan, hampir 50 item. Kalau borongan, kita kasih harga diskon. Tapi kalau satuan, ya untuk acara keluarga atau RT-RT saja,” jelasnya.
Adi juga menyoroti tantangan baru bagi para PKL, terutama di era digitalisasi dan belanja online. Ia berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib pedagang kecil yang mengandalkan momen musiman seperti ini.
“Sekarang serba online, kita PKL makin sulit. Kadang dua sampai tiga hari nggak ada pembeli. Harapannya, pemerintah bisa rangkul PKL, terutama UMKM kecil seperti kami. Bukan hanya yang besar, tapi yang benar-benar butuh bantuan dan modal,” pungkasnya.