PONTIANAK – Kantor Urusan Agama (KUA) belakangan tengah menjadi sorotan warganet. Bukan karena hal administratif, melainkan karena sebuah ritual unik bernama “Tepuk Sakinah” yang mendadak viral setelah videonya ramai dibagikan di berbagai platform media sosial.
Ritual ini tampak dalam sejumlah unggahan akun resmi KUA, di mana para calon pengantin dengan penuh semangat melakukan gerakan tepuk tangan sambil melafalkan yel-yel kebersamaan. Salah satunya terlihat dalam kegiatan di KUA Senen, Jakarta Pusat, yang melibatkan 35 pasangan calon pengantin dalam program Optimalisasi Pelayanan Keluarga Sakinah.
Tepuk Sakinah bukan sekadar hiburan. Aktivitas ini menjadi bagian dari pendekatan baru KUA dalam memberikan bimbingan pranikah yang lebih interaktif dan menyenangkan. Petugas KUA membimbing langsung jalannya yel-yel, yang juga berfungsi sebagai ice breaker agar para peserta lebih nyaman dan terlibat aktif dalam proses edukasi.
“Tujuannya supaya suasana tidak kaku dan peserta lebih mudah menyerap nilai-nilai penting dalam membangun rumah tangga sakinah,” tulis akun @kuabejidepok dalam unggahannya.
Filosofi di Balik “Tepuk Sakinah”
Di balik kemeriahan dan viralitasnya, Tepuk Sakinah menyimpan pesan mendalam. Tepukan dan yel-yel ini tidak asal dibuat, melainkan merepresentasikan lima pilar utama dalam konsep keluarga sakinah, yaitu:
1. Zawaj – Berpasangan
2. Mitsaqan Ghalizan – Janji yang kokoh
3. Mu’asyarah bil Ma’ruf – Saling mencintai dan berbuat baik
4. Musyawarah – Mengambil keputusan bersama
5. Taradhin – Saling ridha dan menerima
Kelima nilai ini diharapkan menjadi fondasi kuat bagi pasangan suami istri dalam menjalani bahtera rumah tangga.
Lirik Yel-yel Tepuk Sakinah
Tak sedikit warganet yang penasaran dengan isi yel-yel yang disuarakan para calon pengantin. Berikut lirik yang kerap digunakan:
Berpasangan, berpasangan, berpasangan (tepuk 3x)
Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh (tepuk 3x)
Saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho
Musyawarah untuk sakinah
(Ulang dari awal)
Meski kini viral di media sosial, Tepuk Sakinah sejatinya bukan sekadar tontonan lucu atau tren sesaat. Lewat pendekatan kreatif ini, KUA ingin mengubah persepsi tentang bimbingan pranikah yang biasanya dianggap serius dan membosankan. Nilai-nilai keluarga sakinah disampaikan dengan cara yang lebih membumi, hangat, dan mudah diingat.
Tepuk Sakinah juga menjadi pengingat sederhana bagi pasangan ketika nanti menghadapi persoalan rumah tangga—bahwa pernikahan dibangun di atas komitmen bersama, saling menghargai, dan komunikasi yang sehat.
Fenomena Tepuk Sakinah memperlihatkan bagaimana KUA mulai berinovasi dalam menyampaikan layanan. Alih-alih hanya fokus pada formalitas, pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa pembekalan pernikahan bisa dikemas secara edukatif sekaligus menghibur.
Ritual sederhana ini membawa pesan besar: membangun keluarga sakinah tidak hanya membutuhkan cinta, tapi juga tekad, komunikasi, dan komitmen jangka panjang.