KALBAR  

Syarif Melvin Usulkan Pergantian Nama Bandara Supadio untuk Hormati Tokoh Sejarah Kalbar

JAKARTA – Wacana pergantian nama Bandar Udara Supadio di Kalimantan Barat kembali mengemuka dalam Rapat Kerja Komite II DPD RI bersama Kementerian Perhubungan. Anggota DPD RI asal Kalbar, Syarif Melvin mengusulkan agar bandara tersebut diganti namanya menjadi Bandara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, sebagai bentuk penghormatan terhadap pendiri Kota Pontianak dan tokoh penting dalam sejarah Kalimantan Barat.

Usulan ini disampaikan langsung oleh Syarif Melvin dalam forum resmi yang digelar pada Selasa (26/8) di kompleks parlemen Senayan. Rapat dihadiri oleh Wakil Menteri Perhubungan Komjen Pol (Purn) Suntana, pejabat Kemenhub, serta senator dari berbagai provinsi.

Dalam paparannya, Syarif Melvin yang juga menjabat sebagai Sultan Pontianak ke-IX menekankan pentingnya mengangkat kembali identitas lokal dan sejarah yang lekat dengan masyarakat Kalbar. Ia menyebut bahwa Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie adalah tokoh sentral dalam pembentukan identitas Pontianak dan Kalbar secara keseluruhan.

“Bandara adalah gerbang utama masuknya orang ke suatu daerah. Sudah selayaknya nama bandara mencerminkan sejarah dan kebesaran tokoh lokal yang berjasa. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie adalah sosok pendiri Kota Pontianak, ulama, dan pemimpin visioner. Ini bukan soal mengganti nama semata, melainkan menghidupkan kembali semangat sejarah dan budaya kita,” jelas Melvin, Rabu (27/08/2025).

Melvin mengajukan enam poin utama yang mendasari usulan tersebut, antara lain:

Menghormati pendiri Kota Pontianak dan tokoh sejarah Kalbar, memperkuat identitas dan kebudayaan lokal, mendorong daya tarik wisata berbasis sejarah, menyesuaikan dengan praktik nasional dalam penghormatan terhadap tokoh daerah. membangkitkan rasa bangga masyarakat lokal. meluruskan sejarah penamaan, karena nama “Supadio” tidak memiliki keterkaitan langsung dengan Kalbar.

Diketahui, nama Supadio merujuk pada Letkol Pnb Supadio, seorang perwira TNI AU yang gugur dalam kecelakaan pesawat di Bandung pada 1966. Ia memang merupakan sosok nasional yang dihormati, namun tidak memiliki hubungan langsung dengan sejarah atau perkembangan Kalbar.

Dukungan untuk Rute dan Status Internasional

Selain isu pergantian nama, Syarif Melvin turut menyoroti masalah lain terkait operasional Bandara Supadio, termasuk penurunan drastis frekuensi penerbangan rute Pontianak–Ketapang, dari empat kali sehari menjadi hanya satu kali. Ia meminta agar Kemenhub segera meninjau kembali kebijakan rute dan slot penerbangan yang dianggap merugikan masyarakat.

Lebih jauh, ia juga mendesak optimalisasi status internasional Bandara Supadio, yang dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi pengembangan rute ke Malaysia dan Singapura terbuka lebar, mengingat posisi geografis Kalbar yang strategis dan antusiasme beberapa maskapai seperti Air Asia, Citilink, dan Lion Air untuk membuka jalur tersebut.

Menanggapi usulan tersebut, Wakil Menteri Perhubungan Komjen Pol (Purn) Suntana menyatakan bahwa pihaknya menerima dengan baik masukan dari Syarif Melvin.

“Kami terbuka terhadap usulan perubahan nama bandara dan akan menindaklanjutinya sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk dengan DPR RI. Dokumen resmi usulan ini sudah kami terima,” ujar Suntana.

Langkah Strategis untuk Kalimantan Barat

Usulan perubahan nama Bandara Supadio menjadi Bandara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie kini memasuki fase awal pembahasan lintas lembaga. Diharapkan, proses ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap tokoh sejarah, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi Kalimantan Barat dalam peta transportasi dan pariwisata nasional maupun internasional.

Berita yang anda simpan: