JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Viada Hafid meminta anak-anak muda di Indonesia agar dapat memakai teknologi sebagai solusi hidup dengan menjaga penerapan empati dan etika.
“Teknologi harus kita jalankan dengan berempati dan beretika. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan menjadi penguasa atas manusia,” ujar Menkomdigi, Selasa (4/11/2025).
Menurut dia, teknologi seperti kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) saat ini telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan apabila tidak diimbangi dengan empati dan etika maka teknologi ini dapat kehilangan arah moralnya.
Menkomdigi menegaskan bahwa manusia tetap harus berada di posisi memimpin dalam pemanfaatan teknologi, dan tidak boleh dikendalikan oleh perkembangan sistem teknologi yang semakin pintar.
Agar posisi itu dapat terjaga secara berkelanjutan, maka anak-anak muda Indonesia harus terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut.
“Karena teknologinya pintar, maka kita juga harus lebih pintar. Kita harus terus meningkatkan kapasitas diri. Tidak berhenti belajar, beradaptasi, dan berinovasi,” tegas Menkomdigi.
Kesempatan beradaptasi dengan teknologi yang kini terbuka lebar menurut Menkomdigi tidak boleh disia-siakan oleh generasi muda penerus bangsa, karena pada dasarnya perkembangan transformasi digital membawa peluang besar bagi Indonesia.
Ia menyebutkan saat ini nilai ekonomi digital Indonesia telah mencapai lebih dari 90 miliar dolar AS (sekitar Rp1.500 triliun) dan diproyeksikan terus meningkat hingga 360 miliar dolar AS (sekitar Rp6.002 triliun) pada 2030.
“Potensi sebesar itu hanya bisa terwujud kalau anak muda terlibat aktif. Kalau kalian ikut membangun, maka masa depan kalian juga ikut naik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menkomdigi menyebutkan laporan World Economic Forum memprediksi pada 2030 diperkirakan akan lahir 170 juta pekerjaan baru, sementara 92 juta pekerjaan lama akan tergantikan otomatisasi.
Ia berharap generasi muda Indonesia khususnya lulusan perguruan tinggi untuk dapat adaptif dengan teknologi yang ada dan mengambil peluang dari hal tersebut.
“Akan ada pekerjaan yang hilang, iya. Tapi ada lebih banyak pekerjaan baru yang tercipta. Jangan takut pada AI. Kita harus adaptif dan mampu membaca peluang,” pungkas Menkomdigi.
