PONTIANAK – Sosok Agus Nurdiansyah (42) putra asli daerah Kalimantan Barat yang merupakan perwakilan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Markas Daerah Kalbar, memiliki kisah perjuangan yang tak banyak diketahui publik.
Sebagai Kepala Biro Kebantuan Hukum LVRI Kalbar, Agus tidak hanya berkiprah dalam organisasi veteran, tetapi juga pernah menorehkan pengalaman bersejarah saat ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di Timur Tengah, tepatnya di perbatasan Israel dan Lebanon.
“Waktu itu kami ditempatkan di sebuah kota kecil bernama Nakura, di antara Israel dan Lebanon. Kami bertugas sebagai peacekeeper di bawah misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tepatnya dalam markas besar UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon),” ungkapnya, Selasa (11/11/2025).
Ia menuturkan bahwa tugas tersebut merupakan bagian dari misi perdamaian internasional yang dijalankan Indonesia di wilayah konflik Timur Tengah.
“Kami di sana menjalankan tugas perdamaian, menjaga stabilitas, dan menjadi jembatan kemanusiaan antara pihak-pihak yang berkonflik,” ujarnya.
Meski berstatus pasukan penjaga perdamaian, Agus mengakui bahwa medan tugas tidaklah mudah. Setiap hari, para prajurit menghadapi ancaman nyata di lapangan.
“Setiap hari kami mendengar ledakan, bidikan sniper, dan berbagai situasi berbahaya. Banyak rekan kami yang gugur di medan tugas, mereka adalah pahlawan sesungguhnya,” tutur Agus.
Namun, di balik situasi genting itu, Agus mengatakan bahwa nilai-nilai budaya Indonesia justru menjadi kekuatan utama yang dihormati oleh masyarakat setempat.
“Kami selalu membawa budaya sopan santun dan saling menghargai. Di sana mereka melihat kita sebagai bangsa yang ramah dan beradab. Kemanusiaan adalah hal tertinggi bagi kami,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan harapannya agar semangat perjuangan para veteran terus dilestarikan oleh generasi muda, khususnya di Kalimantan Barat.
“Saya ingin generasi muda tetap menjunjung tinggi budaya Indonesia. Banggalah memakai pakaian tradisional, berbahasa daerah, dan berbahasa Indonesia, karena itu adalah jati diri kita,” pesannya.
Ia juga berharap agar pemerintah daerah dapat kembali menghadirkan Gedung Juang, yang menjadi tempat berkumpul dan berjejaring para purnawirawan di Kalbar.
“Gedung Juang dulu menjadi simbol perjuangan dan persaudaraan antarveteran. Kami ingin itu dihidupkan lagi sebagai wadah semangat kebangsaan,” harapnya.
Agus menegaskan, perjuangan tidak selalu berarti mengangkat senjata.
“Menegakkan perdamaian dan menjaga nilai kemanusiaan juga bagian dari perjuangan. Itulah yang kami bawa dari Timur Tengah untuk tanah air tercinta,” katanya.(Ara)
