Sebagaimana diketahui, Allah menciptakan Nabi Adam secara seketika tanpa proses kandungan dan perkembangan biologis. Hal ini berbeda dengan penciptaan manusia setelahnya yang memerlukan proses cukup panjang dalam rahim. Padahal Allah Maha Kuasa untuk menciptakan manusia dengan sekejap mata sebagaimana penciptaan pada Nabi Adam.

Berkaitan dengan hal tersebut, setidaknya ada tiga hikmah yang bisa dipetik dari penciptaan manusia yang tidak sekaligus seperti Nabi Adam. Penjelasan ini diuraikan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Qutul Mughtadzi ‘ala Jami‘it Tirmidzi (KSA, Universitas Ummul Qura: 1424 H), juz I, halaman 500, sebagaimana berikut:

1. Kasih Sayang Allah pada Kaum Wanita

Penciptaan manusia yang melewati sejumlah proses menjadi bukti kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya, khususnya kaum wanita. Dapat dibayangkan, jika manusia diciptakan sekaligus sebagaimana Nabi Adam, tentu hal itu akan sangat memberatkan para ibu.

Allah Maha Mengetahui kelemahan pada fisik makhluk-Nya sehingga penciptaan manusia dimulai dengan nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah), mudghah (segumpal daging), dan seterusnya hingga menjadi seorang bayi yang siap dilahirkan. Setiap tahapan-tahapan tersebut mempunyai waktu tertentu agar tubuh seorang ibu bisa beradaptasi dengan baik hingga waktu melahirkan.

2. Bukti Kekuasaan dan Nikmat dari Allah

Penciptaan manusia yang bertahap ini menjadi bukti kekuasaan sekaligus nikmat Allah yang begitu luar biasa. Melalui proses ini, mestinya manusia bisa menyadari tentang asal-usulnya yang rendah dan lemah, yaitu berasal dari air hina berupa air mani.

Selanjutnya, Allah memuliakan manusia dengan akal, ilmu, dan bentuk yang sempurna. Setelah menyadari hal tersebut, mestinya manusia bisa bersyukur kepada Allah yang telah menciptakannya dari sesuatu yang hina menjadi makhluk yang mulia dan terhormat di antara ciptaan-Nya yang lain.

3. Bukti Adanya Hari Kebangkitan

Hikmah ketiga dalam proses penciptaan manusia secara bertahap ini adalah sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan kembali manusia setelah kematian. Kekuasaan-Nya yang mampu menciptakan air hina menjadi manusia sempurna, tentu saja Allah pun sangat mampu dan berkuasa untuk menghidupkan kembali manusia setelah meninggal dunia, sebagaimana janji-nya tentang Hari Kebangkitan.

Dengan demikian, proses penciptaan manusia yang berlangsung secara bertahap tidak hanya menggambarkan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya, tetapi juga mengandung hikmah yang bisa dipetik pelajarannya, di antaranya adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah pada kaum wanita, bukti kekuasaan Allah dan nikmat-Nya pada manusia, serta menjadi bukti akan datangnya hari kebangkitan. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *