GAZA – Situasi kemanusiaan di Gaza City semakin memburuk. Manajer Komunikasi UNICEF, Tess Ingram, melaporkan bahwa kota tersebut kini dihantui rasa takut, gelombang pengungsian, dan pemakaman yang tak henti akibat eskalasi serangan yang terus berlanjut.
Menurut Ingram, sekitar satu juta penduduk masih bertahan di Gaza City, meski banyak dari mereka telah berpindah tempat berkali-kali tanpa membawa apa pun selain pakaian yang melekat di tubuh. Kondisi ini, kata dia, membuat penderitaan warga sipil, khususnya anak-anak, semakin memilukan.
“Anak-anak terpisah dari keluarga mereka, ibu kehilangan anak akibat kelaparan, dan balita mengalami luka serius. Situasinya benar-benar mengerikan,” ungkap Ingram, dikutip dari Antara, Sabtu (6/9/2025).
Saat ini, hanya 44 dari 92 pusat gizi anak di Gaza yang masih dapat beroperasi. Ribuan anak-anak mengalami kekurangan gizi dan berada dalam ancaman serius akibat terbatasnya akses terhadap perawatan dan bantuan.
UNICEF pun kembali mendesak adanya gencatan senjata, perlindungan terhadap anak-anak sesuai hukum internasional, dan dibukanya akses kemanusiaan tanpa hambatan.
“Kehidupan warga Palestina sedang dihancurkan secara sistematis,” tegas Ingram. Gaza bukan lagi tempat untuk hidup. Ini adalah hasil dari keputusan-keputusan yang telah menjadikan Jalur Gaza sebagai zona bencana kemanusiaan, di mana warga sipil diserang dari berbagai arah, setiap hari.”
Lebih lanjut, UNICEF menyerukan kepada Israel untuk menjamin perlindungan anak-anak dan membuka jalur bantuan kemanusiaan. Di saat yang sama, Hamas juga diminta membebaskan para sandera dan memastikan keselamatan warga sipil.
UNICEF menekankan pentingnya peran komunitas internasional untuk segera bertindak menghentikan krisis berkepanjangan di Gaza